- Back to Home »
- KEAJAIBAN AL QUR'AN DAN ASTRONOMI : Penciptaan Alam Semesta !
Posted by : DhiKaiceZ
Jumat, 02 November 2012
Penciptaan Alam Semesta
Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an pada ayat berikut:
"Dialah pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an, 6:101)
Keterangan
yang diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu
pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini
adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan
waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa
yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan "Big
Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun
lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari
ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa
Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat
dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta
muncul menjadi ada.
Sebelum Big
Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di
mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu
diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu.
Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan
kepada kita dalam Al Qur'an 1.400 tahun lalu.
Sensor
sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada
tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang.
Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang
merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan
dari ketiadaan.
Pemisahan Langit dan Bumi
Gambar ini menampakkan peristiwa Big Bang, yang sekali lagi mengungkapkan bahwa Allah telah menciptakan jagat raya dari ketiadaan. Big Bang adalah teori yang telah dibuktikan secara ilmiah. Meskipun sejumlah ilmuwan berusaha mengemukakan sejumlah teori tandingan guna menentangnya, namun bukti-bukti ilmiah malah menjadikan teori Big Bang diterima secara penuh oleh masyarakat ilmiah. |
Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana berikut:
"Dan
apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (Al Qur'an,
21:30)
Kata "ratq" yang di sini diterjemahkan
sebagai "suatu yang padu" digunakan untuk merujuk pada dua zat
berbeda yang membentuk suatu kesatuan.
Ungkapan
"Kami pisahkan antara keduanya" adalah terjemahan kata Arab "fataqa",
dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa
pemisahan atau pemecahan struktur dari "ratq". Perkecambahan biji dan
munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang
diungkapkan dengan menggunakan kata ini.
Marilah
kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat
tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat "fatq".
Keduanya lalu terpisah ("fataqa") satu sama lain. Menariknya, ketika
mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami
bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta.
Dengan
kata lain, segala sesuatu, termasuk "langit dan bumi" yang saat itu
belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih
berada pada keadaan "ratq" ini.
Titik tunggal ini
meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang
dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa
tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.
Ketika
kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan
ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu
sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah
terjadi sebelum abad ke-20.
Garis Edar
Tatkala
merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan
bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
"Dan
Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Al
Qur'an, 21:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:
"Dan
matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 36:38)
Fakta-fakta
yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah ditemukan melalui
pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli
astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang
mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis
edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh
kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari,
semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga
berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta
berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.
Sebagaimana
komet-komet lain di alam raya, komet Halley, sebagaimana terlihat di
atas, juga bergerak mengikuti orbit atau garis edarnya yang telah
ditetapkan. Komet ini memiliki garis edar khusus dan bergerak
mengikuti garis edar ini secara harmonis bersama-sama dengan
benda-benda langit lainnya.
|
Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai berikut:
"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (Al Qur'an, 51:7)
Terdapat
sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing
terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini
mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai
bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran
yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun,
masing-masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya dalam
keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain.
Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar
yang ditetapkan baginya.
Semua
benda langit termasuk planet, satelit yang mengiringi planet,
bintang, dan bahkan galaksi, memiliki orbit atau garis edar mereka
masing-masing. Semua orbit ini telah ditetapkan berdasarkan
perhitungan yang sangat teliti dengan cermat. Yang membangun dan
memelihara tatanan sempurna ini adalah Allah, Pencipta seluruh
sekalian alam.
|
Garis edar di alam semesta tidak
hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun
berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang
terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari
benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan
dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi
berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling
bersentuhan.
Dapat dipastikan bahwa pada saat Al
Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop masa kini ataupun
teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan
kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern.
Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah
bahwa ruang angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar" sebagaimana
dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara
terbuka kepada kita dalam Al Qur'an yang diturunkan pada saat itu:
karena Al Qur'an adalah firman Allah.
Mengembangnya Alam Semesta
Edwin Hubble dengan teleskop besarnya. |
Dalam Al Qur'an, yang diturunkan
14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang,
mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47)
Kata
"langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak
tempat dalam Al Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di
sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan
kata lain, dalam Al Qur'an dikatakan bahwa alam semesta "mengalami
perluasan atau mengembang". Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai
ilmu pengetahuan masa kini.
Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup. |
Hingga awal abad ke-20,
satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu
pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada
sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan
perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan
bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia
terus-menerus "mengembang".
Pada awal abad ke-20,
fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia,
George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam
semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta
ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun
1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang
astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus
bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala
sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam
semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang
dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam
semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur'an
pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur'an
adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam
semesta.
Bentuk Bulat Planet Bumi
"Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia
menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam..." (Al
Qur'an, 39:5)
Dalam Al Qur'an, kata-kata yang
digunakan untuk menjelaskan tentang alam semesta sungguh sangat
penting. Kata Arab yang diterjemahkan sebagai "menutupkan" dalam ayat
di atas adalah "takwir". Dalam kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini
digunakan untuk menggambarkan pekerjaan membungkus atau menutup
sesuatu di atas yang lain secara melingkar, sebagaimana surban
dipakaikan pada kepala.
Keterangan yang disebut
dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling menutup satu
sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi.
Pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa
dalam Al Qur'an, yang telah diturunkan di abad ke-7, telah
diisyaratkan tentang bentuk planet bumi yang bulat.
Namun
perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara
berbeda. Di masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua
perhitungan serta penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini.
Sebaliknya, ayat-ayat Al Qur'an berisi informasi yang hanya mampu
kita pahami dalam satu abad terakhir. Oleh karena Al Qur'an adalah
firman Allah, maka tidak mengherankan jika kata-kata yang tepat
digunakan dalam ayat-ayatnya ketika menjelaskan jagat raya.
Atap yang Terpelihara
Gambar ini memperlihatkan sejumlah meteor yang hendak menumbuk bumi. Benda-benda langit yang berlalu lalang di ruang angkasa dapat menjadi ancaman serius bagi Bumi. Tapi Allah, Pencipta Maha Sempurna, telah menjadikan atmosfir sebagai atap yang melindungi bumi. Berkat pelindung istimewa ini, kebanyakan meteorid tidak mampu menghantam bumi karena terlanjur hancur berkeping-keping ketika masih berada di atmosfir. |
Dalam Al Qur'an, Allah mengarahkan perhatian kita kepada sifat yang sangat menarik tentang langit:
"Dan
Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang
mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada
padanya." (Al Qur'an, 21:32)
Sifat langit ini telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah abad ke-20.
Atmosfir
yang melingkupi bumi berperan sangat penting bagi berlangsungnya
kehidupan. Dengan menghancurkan sejumlah meteor, besar ataupun kecil
ketika mereka mendekati bumi, atmosfir mencegah mereka jatuh ke bumi
dan membahayakan makhluk hidup.
Atmosfir juga
menyaring sinar-sinar dari ruang angkasa yang membahayakan kehidupan.
Menariknya, atmosfir hanya membiarkan agar ditembus oleh sinar-sinar
tak berbahaya dan berguna, - seperti cahaya tampak, sinar ultraviolet
tepi, dan gelombang radio. Semua radiasi ini sangat diperlukan bagi
kehidupan. Sinar ultraviolet tepi, yang hanya sebagiannya menembus
atmosfir, sangat penting bagi fotosintesis tanaman dan bagi
kelangsungan seluruh makhluk hidup. Sebagian besar sinar ultraviolet
kuat yang dipancarkan matahari ditahan oleh lapisan ozon atmosfir dan
hanya sebagian kecil dan penting saja dari spektrum ultraviolet yang
mencapai bumi.
Kebanyakan manusia yang memandang ke arah langit tidak pernah berpikir tentang fungsi atmosfir sebagai pelindung. Hampir tak pernah terlintas dalam benak mereka tentang apa jadinya bumi ini jika atmosfir tidak ada. Foto di atas adalah kawah raksasa yang terbentuk akibat hantaman sebuah meteor yang jatuh di Arizona, Amerika Serikat. Jika atmosfir tidak ada, jutaan meteorid akan jatuh ke Bumi, sehingga menjadikannya tempat yang tak dapat dihuni. Namun, fungsi pelindung dari atmosfir memungkinkan makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya dengan aman. Ini sudah pasti perlindungan yang Allah berikan bagi manusia, dan sebuah keajaiban yang dinyatakan dalam Al Qur'an. |
Fungsi pelindung dari atmosfir
tidak berhenti sampai di sini. Atmosfir juga melindungi bumi dari
suhu dingin membeku ruang angkasa, yang mencapai sekitar 270 derajat
celcius di bawah nol.
Tidak hanya atmosfir yang
melindungi bumi dari pengaruh berbahaya. Selain atmosfir, Sabuk Van
Allen, suatu lapisan yang tercipta akibat keberadaan medan magnet
bumi, juga berperan sebagai perisai melawan radiasi berbahaya yang
mengancam planet kita. Radiasi ini, yang terus- menerus dipancarkan
oleh matahari dan bintang-bintang lainnya, sangat mematikan bagi
makhuk hidup. Jika saja sabuk Van Allen tidak ada, semburan energi
raksasa yang disebut jilatan api matahari yang terjadi
berkali-berkali pada matahari akan menghancurkan seluruh kehidupan di
muka bumi.
Dr. Hugh Ross berkata tentang perang penting Sabuk Van Allen bagi kehidupan kita:
Bumi
ternyata memiliki kerapatan terbesar di antara planet-planet lain di
tata surya kita. Inti bumi yang terdiri atas unsur nikel dan besi
inilah yang menyebabkan keberadaan medan magnetnya yang besar. Medan
magnet ini membentuk lapisan pelindung berupa radiasi Van-Allen, yang
melindungi Bumi dari pancaran radiasi dari luar angkasa. Jika
lapisan pelindung ini tidak ada, maka kehidupan takkan mungkin dapat
berlangsung di Bumi. Satu-satunya planet berbatu lain yang
berkemungkinan memiliki medan magnet adalah Merkurius - tapi kekuatan
medan magnet planet ini 100 kali lebih kecil dari Bumi. Bahkan Venus,
planet kembar kita, tidak memiliki medan magnet. Lapisan pelindung
Van-Allen ini merupakan sebuah rancangan istimewa yang hanya ada pada
Bumi. (http://www.jps.net/bygrace/index. html Taken from Big Bang
Refined by Fire by Dr. Hugh Ross, 1998. Reasons To Believe, Pasadena,
CA.)
Energi yang dipancarkan dalam satu jilatan
api saja, sebagaimana tercatat baru-baru ini, terhitung setara dengan
100 milyar bom atom yang serupa dengan yang dijatuhkan di Hiroshima.
Lima puluh delapan jam setelah kilatan tersebut, teramati bahwa
jarum magnetik kompas bergerak tidak seperti biasanya, dan 250
kilometer di atas atmosfir bumi terjadi peningkatan suhu tiba-tiba
hingga mencapai 2.500 derajat celcius.
Singkatnya,
sebuah sistem sempurna sedang bekerja jauh tinggi di atas bumi. Ia
melingkupi bumi kita dan melindunginya dari berbagai ancaman dari luar
angkasa. Para ilmuwan baru mengetahuinya sekarang, sementara
berabad-abad lampau, kita telah diberitahu dalam Al Qur'an tentang
atmosfir bumi yang berfungsi sebagai lapisan pelindung.
Energi yang dipancarkan oleh sebuah letusan pada Matahari sungguh amat dahsyat sehingga sulit dibayangkan akal manusia: Letusan tunggal pada matahari setara dengan ledakan 100 juta bom atom yang pernah dijatuhkan di Hiroshima. Bumi terlindungi dari pengaruh merusak akibat pancaran energi ini. | The magnetosphere layer, formed by the magnetic field of the Earth, serves as a shield protecting the earth from celestial bodies, harmful cosmic rays and particles. In the above picture, this magnetosphere layer, which is also named Van Allen Belts, is seen. These belts at thousands of kilometres above the earth protect the living things on the Earth from the fatal energy that would otherwise reach it from space. |
Langit yang Mengembalikan
Ayat ke-11 dari Surat Ath Thaariq dalam Al Qur'an, mengacu pada fungsi "mengembalikan" yang dimiliki langit.
"Demi langit yang mengandung hujan." (Al Qur'an, 86:11)
Kata
yang ditafsirkan sebagai "mengandung hujan" dalam terjemahan Al Qur'an
ini juga bermakna "mengirim kembali" atau "mengembalikan".
Sebagaimana
diketahui, atmosfir yang melingkupi bumi terdiri dari sejumlah
lapisan. Setiap lapisan memiliki peran penting bagi kehidupan.
Penelitian mengungkapkan bahwa lapisan-lapisan ini memiliki fungsi
mengembalikan benda-benda atau sinar yang mereka terima ke ruang
angkasa atau ke arah bawah, yakni ke bumi. Sekarang, marilah kita
cermati sejumlah contoh fungsi "pengembalian" dari lapisan-lapisan
yang mengelilingi bumi tersebut.
Lapisan
Troposfir, 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi, memungkinkan uap
air yang naik dari permukaan bumi menjadi terkumpul hingga jenuh dan
turun kembali ke bumi sebagai hujan.
Lapisan
ozon, pada ketinggian 25 km, memantulkan radiasi berbahaya dan sinar
ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembalikan keduanya
ke ruang angkasa.
Ionosfir, memantulkan kembali
pancaran gelombang radio dari bumi ke berbagai belahan bumi lainnya,
persis seperti satelit komunikasi pasif, sehingga memungkinkan
komunikasi tanpa kabel, pemancaran siaran radio dan televisi pada
jarak yang cukup jauh.
Lapisan magnet
memantulkan kembali partikel-partikel radioaktif berbahaya yang
dipancarkan Matahari dan bintang-bintang lainnya ke ruang angkasa
sebelum sampai ke Bumi.
Sifat lapisan-lapisan
langit yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini
tersebut, telah dinyatakan berabad-abad lalu dalam Al Qur'an. Ini
sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur'an adalah firman Allah.
© Harun Yahya Internasional 2003.
Hak Cipta Terpelihara. Semua materi dapat disalin, dicetak dan disebarkan dengan mencantumkan sumber situs web ini
info@harunyahya.com
Hak Cipta Terpelihara. Semua materi dapat disalin, dicetak dan disebarkan dengan mencantumkan sumber situs web ini
info@harunyahya.com