- Back to Home »
- Sandi dan Simbol “Tujuh Langit” dan “Tujuh Bumi” dalam Al Quran
Tuhan Semesta Alam yang Mengajarkan
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (1), Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3), Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam (4), Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya (5)”.
Wahyu pertama yang diterima Rasulullah SAW adalah perintah membaca
(belajar). Ayat pertama dan kedua menyuruh untuk belajar dengan
keimanan, keimanan bahwa segala sesuatu adalah ciptaan Allah SWT dan
bukan mustahil bagi Allah SWT, bahkan manusia dicipta dari bentuk
segumpal darah. Ini seolah-olah mengumpamakan / menyimbolkan bahwa alam
semesta pun awalnya adalah suatu bentuk yang sederhana (primordial
form). Ayat ketiga dan keempat menyuruh belajar dengan akal, yang
diberikan Allah SWT karena sifat Maha Pemurah-Nya, untuk mengamati kalam
Allah SWT yaitu apa-apa yang diciptakan Allah SWT. Dari sini saya
berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di bumi dan alam yang dapat
kita amati ini, termasuk diri kita manusia, adalah perumpamaan atau
simbol atau sandi bagi kebesaran Allah SWT sebagai Sang Maha Pencipta.
Sandi “Tujuh Langit Berlapis”
Banyak tulisan yang menjelaskan bahwa penjelasan Al Quran tentang
tujuh langit berlapis atau bertingkat adalah bukti keajaiban Al Quran
tentang atmosfer bumi.
Bumi memiliki seluruh sifat yang diperlukan bagi kehidupan. Salah
satunya adalah keberadaan atmosfir, yang berfungsi sebagai lapisan
pelindung yang melindungi makhluk hidup. Sains abad 20 telah menemukan
bahwa atmosfer bumi terdiri dari lapisan-lapisan berbeda yang tersusun
secara berlapis, satu di atas yang lain. Fakta ini telah dinyatakan
dalam Al Qur’an bahwa Allah SWT telah menciptakan tujuh langit berlapis
atau bertingkat-tingkat.
Allah SWT menciptakan tujuh langit dan berulang-ulang menyebutkannya sebanyak tepat tujuh kali.
QS.2-Al Baqarah :29
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى
السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيمٌ
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu”
QS.17-Al Isra’ :44
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ
مِنْ شَيْءٍ إِلا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لا تَفْقَهُونَ
تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di
dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan
bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih
mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”.
QS.23-Al Mukminun :86
قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
“Katakanlah:”Siapakah yang Empunya langit yang tujuh dan yang Empunya ‘Arsy yang besar?”.
QS.41-Fushilat :12
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ
سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
“Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua
masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi
langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha
Perkasa lagi Maha mengetahui”.
QS.67-Al Mulk :3
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ
الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis.
kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah
sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu
Lihat sesuatu yang tidak seimbang?”.
QS.71-Nuh :15
أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللَّهُ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?”.
Ayat yang terakhir ini lebih tepat diterjemahkan sebagai tujuh langit
berlapis-lapis (Dalam referensi terjemahan internasional kata ‘thibaaqaa’ diterjemahkan sebagai ‘layers’ atau ‘one above another’ atau ‘in harmony’
alias lapisan yang bertumpuk-tumpuk secara harmonis). Pembuktian sains
dunia menunjukkan memang terdapat tujuh lapisan atmosfer, namun jika
diperhatikan keterangan Al Quran ini dengan cermat diperoleh gambaran
lain yang menunjukkan ke-Maha Besar-an Allah SWT. Perhatikan semua
susunan katanya. Selalu dikatakan ‘tujuh langit’ atau ‘tujuh langit
berlapis-lapis’, bukan ‘tujuh lapis langit’, ini hal yang berbeda
maknanya. ‘Tujuh lapis langit’ berarti langitnya hanya satu tapi
memiliki tujuh lapisan (seperti lapisan kue lapis yang jelas
batasannya), sedangkan ‘tujuh langit berlapis-lapis’ berarti ada tujuh
angkasa/langit yang berbeda-beda, yang saling bertumpuk dengan harmonis.
Sandi tersebut menunjukkan bahwa ada tujuh ‘makhluk’ yang bernama
langit!
Qalam : Lapisan Atmosfir Bumi
Saat ini benar-benar diketahui bahwa atmosfir bumi terdiri atas
lapisan-lapisan yang berbeda yang saling bertumpukan. Lebih dari itu,
persis sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an, atmosfer terdiri atas
tujuh lapisan. Dalam sumber ilmiah, hal tersebut diuraikan sebagai
berikut:
Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer terdiri diri beberapa
lapisan. Lapisan-lapisan tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti
tekanan dan jenis gasnya. Lapisan atmosfer yang terdekat dengan bumi
disebut TROPOSFER (1). Ia membentuk sekitar 90% dari keseluruhan massa
atmosfer. Lapisan di atas troposfer disebut STRATOSFER (2). OZON adalah
bagian dari stratosfer di mana terjadi penyerapan sinar ultraviolet.
Lapisan di atas stratosfer disebut MESOSFER (3). TERMOSFER(4) berada di
atas mesosfer. Gas-gas terionisasi membentuk suatu lapisan dalam
termosfer yang disebut IONOSFER (5). Bagian terluar atmosfer bumi
membentang dari sekitar 480 km hingga 960 km. Bagian ini dinamakan
EKSOSFER (6). (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General
Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 319-322).
Penelitian paling mutakhir menunjukkan bahwa terdpat lapisan magnetik
yang melingkupi bumi, dan bagian ini disebut dengan MAGNETOSFER (7).
Meskipun dikatakan ionosfer adalah bagian dari thermosfer, namun
sejatinya lapisan ini terbentuk di bagian bawah thermosfer (membentuk
lapisan tersendiri), tidak menyebar ke seluruh thermosfer, dan disinilah
terjadi proses ionisasi. Berbeda dengan ozon yang ada di lapisan
stratosfer, karena ozon adalah partikel gas, maka ia tersebar ke seluruh
ketebalan lapisan stratosfer, tidak terkumpul membentuk lapisan khusus.
Perhatikanlah bagaimana Allah SWT menunjukkan tujuh langit berlapis
dengan qalam-Nya. Simbol tujuh langit tersebut digambarkan dengan tujuh
lapisan atmosfer. Simbol qalamnya adalah seperti gambar dibawah ini.
Tiap-tiap lapisan diukur ketebalannya dari permukaan bumi, artinya
untuk mengukur ketebalan mesosfer pasti akan mengukur juga ketebalan
troposfer dan stratosfer, artinya troposfer dan stratosfer ada dalam
lingkup mesosfer. Komposisi ketiganya bercampur pada lapisan termosfer.
Pada lapisan terbawah ada semua komposisi lapisan.
Yang luar biasanya lagi adalah bahwa lapisan magnetosfer tingginya
belum terukur dengan kata lain sampai batas ruang angkasa (luasnya) yang
belum kita ketahui itu, itulah lapisan magnetosfer. Makna dari simbol
ini adalah bahwa langit yang ketujuh itu sangatlah luas / besar.
Disinilah alam malaikat. Diluar langit ketujuh adalah kursiy dan arsy
Allah SWT. Luasnya angkasa dan langit ketujuh malaikat pun tidak
mengetahuinya, hanya Allah SWT yang tahu.
Dalam sebuah riwayat disebutkan
Tatkala ALLAH SWT menciptakan malaikat Jibril AS, dipilihlah wujud
yang paling rupawan ia dilengkapi dengan 600 sayap, masing-masing
sepanjang jarak antara penjuru paling timur dengan penjuru paling barat.
Begitu penciptaan selesai, berdirilah malaikat Jibril memandangi
dirinya yang rupawan, seraya berkata :
“Ya ALLAH ya Tuhanku, adakah ENGKAU menciptakan makhluk yang lebih tampan dari pada diriku ?”
ALLAH menjawab : “ Tidak “
Mendengar jawaban ALLAH seperti itu perasaan Jibril berbunga-bunga dan
sebagai ungkapan rasa syukurnya yang mendalam ia mengerjakan shalat 2
rakaat, yang setiap rakaatnya dilakukan selama 20.000 (duapuluh ribu
tahun). Setelah selesai mengerjakan ALLAH SWT berfirman padanya :
“Hai Jibril, begitu bersungguh-sungguh engkau mengerjakan shalat.
Demikian engkau telah penyembahan kepadaKU denagn penyembahan yang tiada
bandingnya. Tetapi ketahuilah hai Jibril, bahwa pada akhir zaman nanti
akan lahir Nabi terhormat yang AKU Sayangi, dia bernama Muhammad. Dia
memiliki umat yang lemah yang banyak melakukan dosa. Sekiranya umat yang
bergelimang dosa itu mau mengerjakan shalat dua rakaat, sekalipun
shalatnya banyak kekurangan, waktunyapun tergesa-gesa dan tidak
konsentrasi, maka demi kemulian dan keagunganKU, sungguh shalat mereka
itu lebih AKU sukai dari pada shalatmu ! Mengapa ? Karena shalat mereka
berdsasarkan perintahKU, sedangkan shalatmu itu bukan berdasarkan
perintahKU!”
Jibril : “Ya TUHANku lalu apakah balasan yang bakal ENGKAU berikan atas ibadah mereka ?”
ALLAH : “Balasan yang bakal AKU berikan adalah surga Ma’wa.”
Begitu mendengar kata-kata surga Ma’wa, Jibril memohon izin kepada ALLAH
agar diperkenankan melihatnya maka ALLAHpun mengabulkan permohonan
Jibril ini, sehingga dia segera berangkat menuju surga tersebut, dia
bentangkan seluruh sayapnya lalu terbang untuk menempuh jarak yang amat
jauh takterperikan. Setiap kali dia membuka sepasang sayapnya maka dia
berasil menempuh jarak sejauh 300.000 (tiga ratus ribu tahun
perjalanan). Begitu juga setiap menutupkan sayap padahal ia terbang
selama tiga ratus tahun serta memiliki sayap tiga ratus pasang sayap
atau enam ratus buah. Namun sejauh itu ia belum berasih mencapa tujuan
setelah merasa begitu letih diapun beristirahat disebuah pohon raksasa
dia bersujud kepada ALLAH SWT seraya mengadu : “ Ya ALLAH, apakah
perjalanku terlah sampai separuhnya, ataukah baru dua pertiga atau
bahkan separuhnya ? ” ALLAH SWT berfirman kepadanya : “ Hai jibril
walau pun kau mampu terbang tiga ratus ribu tahun dengan sayap-sayapmu
yang sudah ada dan AKU tambah lagi enam ratus sayap, niscaya tidak kau
bisa mencapai seper seratusnya (1%). Itulah keistimewaan yang akanKU
berikan kepada umat Muhammad yang mau mengerjakan shalat !”
(riwayat tersebut tidak jelas dari siapa. Semua sumber yang saya
temukan di dunia maya tidak pernah menyebutkan riwayat hadist ini, jika
ini memang hadist.)
Yang ingin saya tekankan adalah bahwa di alam malakut (langit ke
tujuh) bahkan malaikat Jibril pun tidak bisa menjelajah luasnya.
Malaikat Jibril sekedar menghadap Allah Yang Maha Besar di langit ke
tujuh. Allah SWT Yang Maha Besar meliputi / menaungi seluruh alam
sehingga dimanapun makhluk bersujud sesungguhnya Allah SWT tepat ada di
hadapan makhluk tersebut. Kesimpulannya berdasarkan qalam Allah SWT
berupa atmosfer dapat diketahui bahwa angkasa yang kita diami ini
merupakan bagian dari enam angkasa lainnya.
Sandi Rahasia “Tujuh Bumi”
QS.65-Ath Thalaq :12
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ
يَتَنَزَّلُ الأمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya
benar-benar meliputi segala sesuatu”.
Tujuh bumi dapat diartikan secara harfiah tujuh lapisan bumi, namun
jika dicermati lebih mendalam terdapat makna lain yang tersembunyi.
Perhatikan kata-kata ‘wamina al ardhi’ yang diterjemahkan ‘dan seperti itu pula bumi’. Dalam bahasa Inggris terjemahan ‘wamina’ adalah and of, disini makna ‘wamina’ berarti ‘dan juga’. Kata ‘mina’ yang digabungkan dengan kata ‘dan‘ (wa)
menunjukkan kondisi yang sama seperti hal atau benda yang disebutkan
sebelumnya. Kondisi bumi sama seperti langit yaitu ada tujuh (dan
berlapis-lapis). Jika hanya dikatakan ‘tujuh langit dan bumi’
artinya bisa 7 langit 1 bumi, 2 langit 5 bumi, 4 langit 3 bumi, dan
sebagainya. Inilah ketelitian bahasa Al Quran. Secara harfiah sains
modern membuktikan bahwa bumi yang kita diami ini memiliki tujuh
lapisan.
Jika di analogikan dengan lapisan atmosfer, ini berarti pada setiap
angkasa terdapat tujuh bumi, dimana bumi suatu angkasa (langit)
merupakan bagian dari bumi angkasa yang lebih luas. Gambarannya persis
seperti lapisan bumi (demikian juga lapisan atmosfer). Dimana letak
suatu lapisan diukur dari titik inti bumi yang sama. Selain itu jika
melihat gambaran bumi dan atmosfer secara utuh terlihat bahwa selain
tujuh dimensi/langit/angkasa terdapat tiga dimensi lain (ditunjukkan
dengan qalam Bumi yang secara garis besar terdiri dari tiga lapis :
Mantel/Kerak, Inti Luar, dan Inti Dalam)
Berdasarkan ayat diatas dan riwayat penciptaan malaikat Jibril
tersebut dapat disimpulkan bawaha para malaikat tinggal di bumi ketujuh
yang angkasanya sangat luas. Perbandingannya seperti bumi kita terhadap
angkasa kita. Angkasa ke tujuh ini terdapat surga, neraka, Baitul
Ma’mur, dan Sidratul Muntaha, wallahu ‘alam. Hal ini berdasarkan hadist berikut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; Ketika aku
diangkat menuju Sidratul Muntaha, aku melewati empat sungai, dua sungai
telah nampak olehku sementara dua lainnya belum nampak, dua sungai yang
nampak olehku adalah sungai nil dan sungai efrat, sedangkan dua sungai
yang tidak nampak olehku adalah sungai yang berada di surga, lalu aku
diberi tiga mangkuk, satu mangkuk bersisi susu, satu mangkuk lagi berisi
madu dan satu mangkuk lainnya berisi khamr, maka aku mengambil mangkuk
yang berisi susu dan meminumnya, lalu diberitahukan kepadaku; Kamu dan
ummatmu telah memilih fithrah (Riwayat Bukhari).
Redaksional hadist tersebut menunjukkan bahwa setelah sampai di
langit yang ketujuh barulah Rasulullah SAW diangkat (naik) ke Sidratul
Muntaha. Artinya pada setiap angkasa ada batasnya yang disebut langit
yang dimensinya berbeda dari nama angkasanya(kecuali untuk langit ke,
disinilah para malaikat penjaga dan penduduk langit tinggal, artinya di
angkasa ke tujuh ada batas berupa langit ketujuh tempat para malaikat
tinggal. Setelah langit ketujuh ini barulah ada suatu tempat yang tinggi
(ibaratnya bulan dilihat dari bumi merupakan tempat yang tinggi di
angkasa langit pertama, wallahu ‘alam) yang disebut Sidratul Muntaha.
Dengan gambaran qalam pada atmosfer dan lapisan bumi dapat
disimpulkan bahwa terdapat tujuh angkasa (langit) yang bertumpuk dengan
harmonis dan terdapat tujuh bumi pada setiap angkasa tersebut. Jika
melihat bumi dan atmosfer secara keseluruhan maka saya menyimpulkan
selain tujuh alam, masih terdapat tiga alam lain (digambarkan dengan
tiga lapisan besar bumi) yang menjadi rahasia Allah SWT.
QS.20- Al Ankabuut : 10
Dan di antara manusia ada orang yang berkata: “Kami beriman kepada
Allah”, maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia
menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah, Dan sungguh jika
datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata:
“Sesungguhnya kami adalah besertamu”. Bukankah Allah lebih mengetahui
apa yang ada dalam Shuduuril’aalamiyn?
Shuduur diterjemahkan menjadi dada atau lebih tepatnya pusat atau titik tengah atau inti.
QS.10-Yunus : 61
Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat
dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami
menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari
pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak yang lebih besar dari itu, melainkan dalam kitab yang nyata.
QS.16-Ar Ra’d : 48
Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri?
Jadi sebenarnya bayangan itu makhluk Allah SWT selalu bergerak untuk bersujud. Subhanallah!
QS.41-Fushshilat : 12
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Al Quran diturunkan untuk manusia, maka kata-kata ‘langit yang dekat’
tersebut maksudnya yang dekat (dapat diamati) oleh manusia, yaitu
langit pertama di dimensi ke-3 ini.
QS.7-Al A’raf :27
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ………
Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka….
Maknanya ayat ini adalah jin ada di dimensi lain, dimana terkadang
terlihat oleh manusia (walaupun bukan wujud aslinya). Ini berarti
dimensi jin tepat setelah dimensi manusia yaitu dimensi ke-4. Jin dapat
mencuri dengar pembicaraan para malaikat di langit dunia karena
dimensinya sama (dimensi ke-4). Makhluk yang dimensinya lebih tinggi
dapat dengan mudah masuk ke dimensi-dimensi yang lebih rendah dan
terlihat oleh makhluk pada dimensi-dimensi tersebut, oleh sebab itu
Jibril dapat berpindah dari alam malaikat ke alam manusia untuk
menyampaikan wahyu karena ia berdimensi 10 (wallahu’alam).
Seperti diriwayatkan dalam hadist bahwa Jibril datang menemui Nabi SAW
dan terlihat oleh para sahabat dengan wujud seorang pria berjubah putih,
atau jin ifrit yang tertangkap oleh Umar bin Khatab dan mengajarkan
bahwa ayat Kursiy dapat menangkal gangguan jin.
Keterangan tentang langit ke-2 sampai ke-7 yang dihuni oleh para
arwah orang yang sudah meninggal dijelaskan dalam hadist-hadist shahih
tentang isra’ mi’raj dimana Nabi SAW bertemu dengan para nabi lainnya di
setiap langit tersebut seperti dalam hadist Muslim no.2.230/238 dan
hadist Bukhari no. 43. 369/3598 dan no. 41. 17/2968 (http://indoquran.com). Demikian juga tentang langit ke-7.
Disini saya bedakan antara angkasa dengan langit. Angkasa adalah
ruang tempat keberadaan planet-planet dan bintang, sedangkan langit
adalah atap dari angkasa. Langit dan angkasa berhimpit, untuk masuk ke
satu angkasa harus melewati langit angkasa yang lebih rendah. Luas
langit sama dengan angkasa yang dinaunginya. Makin tinggi dimensinya
makin luas angkasa dan langitnya, sehingga penghuninya pun makin banyak.
Seperti dijelaskan dalam hadist bahwa ketika kiamat penduduk setiap
langit keluar, dan langit yang lebih tinggi (tingkatannya) lebih banyak
penduduknya.
Antar dunia manusia dengan dunia bayangan dan alam dzarrah tidak ada
pembatas namun manusia tidak bisa memasukinya, hanya melihatnya.
Buktinya saat ini manusia bisa melihat ‘alam’ atom dengan mikroskop
electron, namun manusia tidak bisa masuk kesana karena dimensinya
berbeda. Demikian juga dengan dimensi bayangan (dimensi 2), kita hanya
bisa melihat bayangan kita dan benda lain di bidang datar. Jika kita
berpapasan dengan orang lain, bagaimana dengan bayangan kita dengan
bayangan orang tersebut dalam satu bidang datar? Dimensi 1 dan 2 bisa
kita lihat dari dunia kita, tidak ada langit pembatasnya. Disini juga
terjadi pengecualian, manusia yang berdimensi lebih tinggi tidak bisa
masuk ke yang berdimensi lebih rendah. Makhluk-makhluk Allah SWT pada
dimensi satu dan dua dapat masuk/mengisi/ menyusun dimensi-dimensi yang
lain. Manusia tidak bisa berada pada dimensi satu dan dua karena Allah
SWT Yang Maha Menggerakkan sudah menyusun dan menetapkan dimensi-dimensi
ini dengan teratur dan seimbang.
Adanya pintu-pintu antar dimensi yang dijaga malaikat membuat makhluk
dimensi yang lebih tinggi masuk ke dimensi yang lebih rendah, misalnya
jin (dimensi 4) masuk/terlihat oleh manusia (dimensi 3). Jin hanya
melihat alam manusia, jika ingin masuk jin harus melewati pintu langit
pertama yang dijaga. Jika jin ingin berusaha mendekati pintu langit
pertama (untuk masuk ke dunia manusia atau menguping pembicaraan) maka
dia akan dilempari dengan panah api yang berkilau. Jin yang kadang
terlihat manusia adalah wujud tiga dimensinya (bayangannya) saja yang
menempel di dunia manusia, wujud aslinya yang berdimensi 4 tidak dapat
dilihat manusia (wallahu ‘alam)
Ya Allah, ampunilah hamba-Mu ini jika tidak
mengagungkan-Mu dengan pengagungan yang pantas, ampunilah hamba-Mu ini
jika salah menafsirkan ayat-ayat-Mu karena kedangkalan ilmu yang hamba
miliki, Engkau Maha Berilmu dan Maha Pintar. Allahuakbar, aku memuji
Allah SWT sebanyak bilangan makhluk-Nya.