- Back to Home »
- Al-Qur'an & Lubang Hitam
Posted by : DhiKaiceZ
Kamis, 21 Februari 2013
Abad ke-20 menyaksikan banyak sekali penemuan baru tentang
peristiwa alam di ruang angkasa. Salah satunya, yang belum lama
ditemukan, adalah Black Hole [Lubang Hitam]. Ini terbentuk
ketika sebuah bintang yang telah menghabiskan seluruh bahan bakarnya
ambruk hancur ke dalam dirinya sendiri, dan akhirnya berubah menjadi
sebuah lubang hitam dengan kerapatan tak hingga dan volume nol serta
medan magnet yang amat kuat. Kita tidak mampu melihat lubang hitam
dengan teropong terkuat sekalipun, sebab tarikan gravitasi lubang hitam
tersebut sedemikian kuatnya sehingga cahaya tidak mampu melepaskan diri
darinya. Namun, bintang yang runtuh seperti itu dapat diketahui dari
dampak yang ditimbulkannya di wilayah sekelilingnya. Di surat Al
Waaqi'ah, Allah mengarahkan perhatian pada masalah ini sebagaimana
berikut, dengan bersumpah atas letak bintang-bintang:
Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya
bintang-bintang. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau
kamu mengetahui. (QS. Al Waaqi'ah, 56: 75-76)
Istilah "lubang hitam" pertama kali digunakan tahun 1969 oleh
fisikawan Amerika John Wheeler. Awalnya, kita beranggapan bahwa kita
dapat melihat semua bintang. Akan tetapi, belakangan diketahui bahwa ada
bintang-bintang di ruang angkasa yang cahayanya tidak dapat kita lihat.
Sebab, cahaya bintang-bintang yang runtuh ini lenyap. Cahaya tidak
dapat meloloskan diri dari sebuah lubang hitam disebabkan lubang ini
merupakan massa berkerapatan tinggi di dalam sebuah ruang yang kecil.
Gravitasi raksasanya bahkan mampu menangkap partikel-partikel tercepat,
seperti foton [partikel cahaya]. Misalnya, tahap akhir dari sebuah
bintang biasa, yang berukuran tiga kali massa Matahari, berakhir setelah
nyala apinya padam dan mengalami keruntuhannya sebagai sebuah lubang
hitam bergaris tengah hanya 20 kilometer (12,5 mil)! Lubang hitam
berwarna "hitam", yang berarti tertutup dari pengamatan langsung. Namun
demikian, keberadaan lubang hitam ini diketahui secara tidak langsung,
melalui daya hisap raksasa gaya gravitasinya terhadap benda-benda langit
lainnya. Selain gambaran tentang Hari Perhitungan, ayat di bawah ini
mungkin juga merujuk pada penemuan ilmiah tentang lubang hitam ini:
Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan (QS. Al Mursalaat, 77: 8)
Selain itu, bintang-bintang bermassa besar juga menyebabkan
terbentuknya lekukan-lekukan yang dapat ditemukan di ruang angkasa.
Namun, lubang hitam tidak hanya menimbulkan lekukan-lekukan di ruang
angkasa tapi juga membuat lubang di dalamnya. Itulah mengapa
bintang-bintang runtuh ini dikenal sebagai lubang hitam. Kenyataan ini
mungkin dipaparkan di dalam ayat tentang bintang-bintang, dan ini adalah
satu bahasan penting lain yang menunjukkan bahwa Al Qur'an adalah
firman Allah:
Demi langit dan Ath Thaariq, tahukah kamu apakah Ath Thaariq? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus. (QS. At Thaariq, 86: 1-3)
PULSAR: BINTANG BERDENYUT
Demi langit dan Ath Thaariq, tahukah kamu apakah Ath Thaariq? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus. (QS. At Thaariq, 86: 1-3)
Pulsar adalah sisa-sisa bintang padam yang memancarkan gelombang radio teramat kuat yang menyerupai denyut, dan yang berputar pada sumbunya sendiri dengan sangat cepat. Telah dihitung bahwa terdapat lebih dari 500 pulsar di galaksi Bima Sakti, yang di dalamnya terdapat Bumi kita. |
Kata "Thaariq," nama surat ke-86, berasal dari akar kata "tharq,"
yang makna dasarnya adalah memukul dengan cukup keras untuk menimbulkan
suara, atau menumbuk. Dengan mempertimbangkan arti yang mungkin dari
kata tersebut, yakni "berdenyut/berdetak," "memukul keras," perhatian
kita mungkin diarahkan oleh ayat ini pada sebuah kenyataan ilmiah
penting.
Sebelum menelaah keterangan ini, marilah kita lihat kata-kata
selainnya yang digunakan dalam ayat ini untuk menggambarkan
bintang-bintang ini. Istilah "ath-thaariqi" dalam ayat di atas berarti
sebuah bintang yang menembus malam, yang menembus kegelapan, yang muncul
di malam hari, yang menembus dan bergerak, yang berdenyut/berdetak,
yang menumbuk, atau bintang terang. Selain itu, kata "wa" mengarahkan
perhatian pada benda-benda yang digunakan sebagai sumpah – yakni, langit
dan Ath Thaariq.
Melalui penelitian oleh Jocelyn Bell Burnell, di Universitas
Cambridge pada tahun 1967, sinyal radio yang terpancar secara teratur
ditemukan. Namun, hingga saat itu belumlah diketahui bahwa terdapat
benda langit yang berkemungkinan menjadi sumber getaran atau
denyut/detak teratur yang agak mirip pada jantung. Akan tetapi, pada
tahun 1967, para pakar astronomi menyatakan bahwa, ketika materi menjadi
semakin rapat di bagian inti karena perputarannya mengelilingi sumbunya
sendiri, medan magnet bintang tersebut juga menjadi semakin kuat,
sehingga memunculkan sebuah medan magnet pada kutub-kutubnya sebesar 1
triliun kali lebih kuat daripada yang dimiliki Bumi. Mereka lalu paham
bahwa sebuah benda yang berputar sedemikian cepat dan dengan medan
magnet yang sedemikian kuat memancarkan berkas-berkas sinar yang terdiri
dari gelombang-gelombang radio yang sangat kuat berbentuk kerucut di
setiap putarannya.
Tak lama kemudian, diketahui juga bahwa sumber sinyal-sinyal ini
adalah perputaran cepat dari bintang-bintang neutron. Bintang-bintang
neutron yang baru ditemukan ini dikenal sebagai "pulsar."
Bintang-bintang ini, yang berubah menjadi pulsar melalui ledakan
supernova, tergolong yang memiliki massa terbesar, dan termasuk
benda-benda yang paling terang dan yang bergerak paling cepat di ruang
angkasa. Sejumlah pulsar berputar 600 kali per detik.1
Kata "pulsar" berasal dari kata kerja to pulse . Menurut kamus American Heritage Dictionary, kata tersebut berarti bergetar, berdenyut. Kamus Encarta Dictionary mengartikannya sebagai berdenyut dengan irama teratur, bergerak atau berdebar dengan irama teratur yang kuat. Lagi menurut Encarta Dictionary, kata " pulsate ", yang berasal dari akar yang sama, berarti mengembang dan menyusut dengan denyut teratur yang kuat.
Menyusul penemuan itu, diketahui kemudian bahwa peristiwa alam yang
digambarkan dalam Al Qur'an sebagai "thaariq," yang berdenyut, memiliki
kemiripan yang sangat dengan bintang-bintang neutron yang dikenal
sebagai pulsar.
Bintang-bintang neutron terbentuk ketika inti dari bintang-bintang
maharaksasa runtuh. Materi yang sangat termampatkan dan sangat padat
itu, dalam bentuk bulatan yang berputar sangat cepat, menangkap dan
memampatkan hampir seluruh bobot bintang dan medan magnetnya. Medan
magnet amat kuat yang ditimbulkan oleh bintang-bintang neutron yang
berputar sangat cepat ini telah dibuktikan sebagai penyebab terpancarnya
gelombang-gelombang radio sangat kuat yang teramati di Bumi.
Di ayat ke-3 surat Ath Thaariq istilah "an najmu ats tsaaqibu,"
yang berarti yang menembus, yang bergerak, atau yang membuat lubang,
mengisyaratkan bahwa Thaariq adalah sebuah bintang terang yang membuat
lubang di kegelapan dan bergerak. Makna istilah "adraaka" dalam ungkapan
"Tahukah kamu apakah Ath Thaariq itu?" merujuk pada pemahaman. Pulsar,
yang terbentuk melalui pemampatan bintang yang besarnya beberapa kali
ukuran Matahari, termasuk benda-benda langit yang sulit untuk dipahami.
Pertanyaan pada ayat tersebut menegaskan betapa sulit memahami bintang
berdenyut ini. (Wallaahu a'lam)
Sebagaimana telah dibahas, bintang-bintang yang dijelaskan sebagai
Thaariq dalam Al Qur'an memiliki kemiripan dekat dengan pulsar yang
dipaparkan di abad ke-20, dan mungkin mengungkapkan kepada kita tentang
satu lagi keajaiban ilmiah Al Qur'an.
BINTANG SIRIUS (SYI'RA)
Bintang Sirius [Syi’ra] muncul di Surat An Najm (yang berarti "bintang"). Bintang ganda yang membentuk bintang Sirius ini saling mendekat dengan sumbu kedua bintang itu yang berbentuk busur setiap 49,9 tahun sekali. Peristiwa alam tentang bintang ini diisyaratkan dalam ayat ke-9 dan ke-49 dari Surat An Najm. |
Ketika pengertian-pengertian tertentu yang disebutkan dalam Al
Qur'an dikaji berdasarkan penemuan-penemuan ilmiah abad ke-21, kita akan
mendapati diri kita tercerahkan dengan lebih banyak keajaiban Al
Qur'an. Salah satunya adalah bintang Sirius (Syi'ra), yang disebut dalam
surat An Najm ayat ke-49:
… dan bahwasanya Dialah Tuhan (yang memiliki) bintang Syi'ra (QS. An Najm, 53: 49)
Kenyataan bahwa kata Arab "syi'raa," yang merupakan padan kata
bintang Sirius, muncul hanya di Surat An Najm (yang hanya berarti
"bintang") ayat ke-49 secara khusus sangatlah menarik. Sebab, dengan
mempertimbangkan ketidakteraturan dalam pergerakan bintang Sirius, yakni
bintang paling terang di langit malam hari, sebagai titik awal, para
ilmuwan menemukan bahwa ini adalah sebuah bintang ganda. Sirius
sesungguhnya adalah sepasang dua bintang, yang dikenal sebagai Sirius A
dan Sirius B. Yang lebih besar adalah Sirius A, yang juga lebih dekat ke
Bumi dan bintang paling terang yang dapat dilihat dengan mata
telanjang. Tapi Sirus B tidak dapat dilihat tanpa teropong.
Bintang ganda Sirius beredar dengan lintasan berbentuk bulat telur
mengelilingi satu sama lain. Masa edar Sirius A dan B mengelilingi titik
pusat gravitasi mereka yang sama adalah 49,9 tahun. Angka ilmiah ini
kini diterima secara bulat oleh jurusan astronomi di universitas
Harvard, Ottawa dan Leicester.2 Keterangan ini dilaporkan dalam berbagai sumber sebagai berikut:
Sirius, bintang yang paling terang, sebenarnya adalah bintang kembar… Peredarannya berlangsung selama 49,9 tahun. 3
Sebagaimana diketahui, bintang Sirius-A dan Sirius-B beredar
mengelilingi satu sama lain melintasi sebuah busur ganda setiap 49,9
tahun. 4
Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah garis edar ganda
berbentuk busur dari dua bintang tersebut yang mengitari satu sama lain.
Namun, kenyataan ilmiah ini, yang ketelitiannya hanya dapat
diketahui di akhir abad ke-20, secara menakjubkan telah diisyaratkan
dalam Al Qur'an 1.400 tahun lalu. Ketika ayat ke-49 dan ke-9 dari surat
An Najm dibaca secara bersama, keajaiban ini menjadi nyata:
dan bahwasanya Dialah Tuhan (yang memiliki) bintang Syi'ra (QS. An Najm, 53: 49)
maka jadilah dia dekat dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). (QS. An Najm, 53: 9)
Penjelasan dalam Surat An Najm ayat ke-9 tersebut mungkin pula
menggambarkan bagaimana kedua bintang ini saling mendekat dalam
peredaran mereka. (Wallaahu a'lam). Fakta ilmiah ini, yang tak seorang
pun dapat memahami di masa pewahyuan Al Qur'an, sekali lagi membuktikan
bahwa Al Qur'an adalah firman Allah Yang Mahakuasa.