Teori
relativitas khusus einstein ada untuk melengkapi kekurangan dalam
mekanika newton (mekanika yang dipelajari di sma). Dalam teori
relativitas khusus, Einstein memberikan dua postulat yang salah satunya
mengatakan bahwa kecepatan cahaya di ruang hampa adalah konstan.
Einstein sendiri tidak mengatakan secara tersurat bahwa tidak ada yang
dapat bergerak lebih cepat dari cahaya diruang hampa saat
mempublikasikan karyanya pada tahun 1905. Pernyataan ini lahir dari
akibat-akibat teori relativitas khusus itu sendiri, dimana ada dua
akibat dari teori relativitas khusus yang membuat orang mepertimbangkan
bahwa cahaya adalah batas tertinggi dari kecepatan benda bermassa. Yang
pertama adalah hubungan energi dengan kecepatan sedangkan yang kedua
adalah prinsip kausalitas (hukum sebab akibat).
Alasan yang pertama berasal dari hubungan energi/massa dengan kecepatan.
Teori relativitas khusus mengatakan bahwa semakin cepat benda bergerak,
maka massa benda tersebut semakin bertambah (semakin cepat kita
bergerak badan kita akan terasa ’berat’). Penambahan kecepatan benda
tersebut memiliki batasan karena jika benda bergerak dengan kecepatan
yang sama dengan kecepatan cahaya, maka massa benda menjadi tak hingga.
(really? YES!!) Karena massa setara dengan energi, maka mengatakan massa
benda tak berhingga sama dengan mengatakan dibutuhkan energi tak
berhingga besarnya untuk membuat benda bergerak dengan kecepatan cahaya.
Efek pertambahan massa ini sulit kita rasakan dalam kehidupan
sehari-hari karena kecepatan yang biasa kita alami jauh lebih kecil dari
kecepatan cahaya. Bagaimanapun eksperimen untuk membuktikan pernyataan
ini pernah dilakukan, salah satunya adalah percobaan mempercepat
elektron di linear accelerator (linac) milik Stanford University.
|
Linier Accelator dilihat dari atas |
|
Grafik Hubungan Energi Kinetik dengan Kecepatan Elektron |
Grafik diatas menunjukan perbedaan antara mekanika newton dan einstein.
Menurut Newton (garis putih) semakin diberikan energi, benda dapat
bergerak dengan kecepatan berapapun, sedangkan Einstein (garis
hitam)memprediksi bahwa ada batas atas dari kecepatan benda, yaitu
kecepatan cahaya. Eksperimen (titik-titik hitam) menunjukan kecocokan
dengan prediksi Einstein.
Selain alasan pertama tentang massa-energi, alasan kedua adalah prinsip
kausalitas (hukum sebab-akibat). Hukum sebab akibat sangat sering kita
alami setiap hari. Jika gelas dibanting maka gelasnya pecah, jika
penjahat ditembak pistol maka penjahat terluka, jika El Shaarawy
mencetak gol maka milanisti bersuka cita, dan lain lain. Untuk
menyederhanakan, ada baiknya jika kita membagi peristiwa-peristiwa yang
menjadi sebab sebagai Peristiwa A dan peristiwa-peristiwa yang menjadi
akibat sebagai Peristiwa B.
|
Sebab Akibat | |
Bukan keanehan jika akibat terjadi setelah sebab (Peristiwa B terjadi
setelah Peristiwa A). Salah satu dampak dari teori relativitas khusus
adalah jka kita bergerak lebih cepat dari cahaya, selang waktu dapat
memiliki nilai negatif. Artinya adalah orang yang bergerak lebih cepat
dari kecepatan cahaya dapat melihat sesuatu dengan urutan waktu yang
‘terbalik’ dibanding yang kita alami sehari-hari. Orang yang bergerak
lebih cepat dari kecepatan cahaya memungkinkan untuk melihat Peristiwa A
terjadi setelah Peristiwa B. jika kita dapat bergerak lebih cepat dari
kecepatan cahaya, mungkin saja kita dapat melihat penjahat terluka
sebelum ditembak polisi, gelas pecah sebelum dibanting, dll. Hal ini
membuat kerancuan dalam melihat mana yang sebab dan mana yang akibat
sehingga hukum sebab akibat menjadi tidak jelas. Padahal hukum
sebab-akibat adalah hukum mendasar yang menjadi landasan dalam
pengembangan pengetahuan. Oleh karena itulah ilmuwan berkesimpulan bahwa
kecepatan cahaya menjadi batas atas kecepatan agar hukum sebab-akibat
terpelihara.
|
Albert Einstein |
PS : Tulisan ini sebagai ‘curhatan’ setelah mengikuti kuliah teori
relativitas khusus selama satu semester :) , juga pemanas biar rajin
nulis